Jumat, 13 Oktober 2023

Kebakaran Hebat di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Suwung, Denpasar, Bali, Perlu Teknologi Tepat Guna Untuk mencegah semua itu terjadi

INFO BERITA

Kebakaran Hebat di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Suwung, Denpasar, Bali

Pada Hari Kamis, Tanggal 12 Oktober 2023, Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Suwung di Denpasar, Bali, menjadi saksi sebuah peristiwa yang menggetarkan Kota Denpasar. TPA Suwung, yang sebenarnya sudah berhenti menampung sampah sejak Januari 2023, terbakar hebat, menciptakan kobaran api yang menghantam langit dan mengejutkan seluruh komunitas Kota Denpasar dan Badung-Bali.



Kebakaran ini diduga disebabkan oleh gas metana yang terperangkap di dalam tanah sebagai akibat dari proses alami pembusukan sampah yang menghasilkan gas metana. Ketika gas metana ini akhirnya melepaskan diri, seiring dengan tekanan dan temperatur yang meningkat di dalam tumpukan sampah, percikan api yang tidak sengaja menyentuhnya menyebabkan kebakaran yang cepat melebar.




TPA Suwung, yang meliputi lahan seluas 32 hektar, telah beroperasi sejak tahun 1980-an. Selama bertahun-tahun, tempat ini melayani sebagai tujuan akhir bagi lebih dari 1.200 ton sampah per hari, termasuk limbah rumah tangga, komersial, dan industri. Akibat dari banyaknya sampah yang dibuang ke TPA Suwung, tumpukan sampah di tempat ini telah tumbuh menjadi gunungan sampah yang mengingatkan pada pemandangan yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di pulau Jawa.



Penting untuk dicatat bahwa sebelum kebakaran terjadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan tiga TPST terpadu di Denpasar pada tahun 2022. Tiga TPST ini dimaksudkan untuk menggantikan peran TPA Suwung dan membantu memperbaiki manajemen sampah di wilayah tersebut. Namun, upaya tersebut masih dalam tahap transisi dan TPA Suwung masih memerlukan perawatan dan pemantauan reguler.



Kebakaran hebat ini menjadi pengingat akan pentingnya perawatan dan manajemen yang hati-hati dalam hal limbah padat dan gas metana yang dihasilkan oleh TPA. Sementara langkah-langkah menuju pengurangan sampah dan manajemen yang lebih berkelanjutan sedang diambil, perlu dilakukan upaya lebih lanjut untuk meminimalkan risiko seperti ini di masa mendatang. Pemerintah, bersama dengan instansi terkait, harus memprioritaskan peralihan ke teknologi yang lebih aman, perawatan yang lebih baik, dan pengelolaan yang lebih efisien dalam menangani limbah dan gas metana dari TPA. Kebakaran ini menjadi pengingat betapa pentingnya berinvestasi dalam keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan yang bijak.


Ada sekitar lebih dari 10 mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) yang bekerja keras memadamkan api. Sejumlah 6 unit Mobil Damkar dari Kota Denpasar, 2 unit dari Kabupaten Badung, dan 2 unit dari Kabupaten Gianyar. Selain Damkar, juga dikerahkan 1 Alat Berat Loder dan 4 Alat berat Eskavator. Lima alat berat ini berfungsi membuka jalan agar bisa membuat  akses mendekati titik-titik api Lokasi Kebakaran Berada. Sehingga Mobil Pemadam Kebakaran lebih mudah bergerak menyemprotkan air ke Lokasi kebakaran yang tepat. Karena sudah semenjak Lama TPA Suwung tidak beroperasi akibat telah ditutup per Januari 2023. TPA Suwung ditutup karena Over Kapasitas dan telah ada Tempat Pengolahan Sampah Baru yang jauh lebih baik.



Banyak Pihak merasa khawatir karena kepulan asap yang membubung tinggi akan bisa mengganggu aktivitas penerbangan dan aktivitas di pelabuhan Benoa




Seandainya ada Teknologi Pemanfaatan Gas Metana dari Gunung Sampah TPA SUWUNG dengan Teknologi Tepat Guna

Pendahuluan

Gunung sampah adalah masalah serius dalam manajemen limbah di seluruh dunia. Sampah yang terakumulasi di tempat pembuangan sampah TPA Suwung selama bertahun-tahun menghasilkan gas metana, yang merupakan gas rumah kaca yang sangat berpotensi merusak lingkungan. Namun, dengan pengembangan teknologi tepat guna, kita dapat mengatasi dua masalah sekaligus: pengurangan gas metana yang dilepaskan dan pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi.

Bagaimana Teknologi Tepat Guna Bekerja di TPA SUWUNG

Pengumpulan Gas Metana

Untuk mengumpulkan gas metana yang dihasilkan oleh gunung sampah, sistem pengumpulan Gas Metana perlu dipasang yaitu berupa pipa-pipa yang saling terhubung satu sama lain di jaringan bawah tanah di bawah sampah. Pipa-pipa dapat terhubung dengan sumur-sumur gas yang terhubung ke lapisan sampah yang menghasilkan gas metana. Gas yang terkumpul dari sumur-sumur ini kemudian diarahkan ke proses pemurnian.



Pemurnian Gas Metana

Adapun emisi Metana di TPA dihasilkan dari proses dekomposisi bakterial komponen sampah yang biodegradable yang terjadi dalam kondisi anaerobik. Gas-gas yang dihasilkan di TPA Suwung Denpasar atau landfill gas terdiri dari sekitar 50% metana (komponen utama gas alam), 50% karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil senyawa organik non metana. Metana merupakan gas rumah kaca yang kuat 28 sampai 36 kali lebih efektif daripada CO2 dalam memerangkap panas di atmosfer selama periode 100 tahun.
Gas metana yang dikumpulkan dari gunung sampah mengandung berbagai komponen seperti karbon dioksida dan uap air. Untuk menghasilkan gas metana yang bersih, gas tersebut perlu dipisahkan dari komponen-komponen lainnya. Proses pemurnian melibatkan penggunaan teknologi adsorpsi, penyerapan, atau pemisahan membran.




Pemanfaatan Gas Metana

Gas metana yang telah dimurnikan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk pembangkit listrik dan bahan bakar kompor. Gas metana dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.




Penggunaan Gas Metana untuk Pembangkit Listrik

Penggunaan gas metana untuk pembangkit listrik adalah salah satu cara yang efisien untuk memanfaatkannya. Berikut adalah beberapa tahap dalam menggunakan gas metana untuk pembangkit listrik:

Konversi Gas Metana menjadi Listrik

Gas metana dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin pembangkit listrik. Proses pembakaran gas metana menghasilkan energi panas, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik melalui generator.

Manfaat Energi Listrik

Energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik komunitas atau wilayah sekitar tempat pembuangan sampah. Ini membantu mengurangi beban pada sumber energi konvensional dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pemanfaatan Gas Metana untuk Bahan Bakar Gas Kompor

Selain pembangkit listrik, gas metana yang telah dimurnikan juga dapat digunakan sebagai bahan bakar gas kompor untuk memasak di dapur. Berikut cara pemanfaatannya:

Distribusi Gas Metana

Gas metana yang telah dimurnikan dapat disalurkan ke rumah-rumah dengan jaringan gas pipa seperti gas alam konvensional. Rumah tangga dapat menggunakan gas metana ini untuk memasak dengan menggunakan kompor yang telah dimodifikasi untuk menggunakan gas metana.

Keuntungan bagi Masyarakat

Penggunaan gas metana sebagai bahan bakar kompor memiliki keuntungan berupa biaya yang lebih rendah, emisi polusi yang lebih sedikit, dan ketersediaan yang lebih stabil. Masyarakat dapat memasak dengan nyaman tanpa khawatir tentang penggunaan bahan bakar lainnya.




Kesimpulan

Teknologi tepat guna untuk gas metana yang dihasilkan dari gunung sampah merupakan langkah penting dalam pengelolaan limbah dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Dengan mengumpulkan, memurnikan, dan memanfaatkan gas metana ini, kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Selain itu, pemanfaatan gas metana ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional, membantu mengatasi perubahan iklim, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.